Jakarta – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diinisiasi oleh pemerintah dinilai efektif dalam meningkatkan prestasi siswa. Akademisi dari berbagai perguruan tinggi mengungkapkan bahwa pemenuhan gizi yang baik memiliki dampak signifikan terhadap daya konsentrasi dan perkembangan kognitif anak di sekolah.

Dampak Positif MBG bagi Siswa

Menurut Dr. Ahmad Fauzi, pakar pendidikan dan gizi anak, program MBG membantu meningkatkan daya tahan tubuh siswa serta memperbaiki performa akademik mereka.

“Asupan gizi yang cukup berperan dalam meningkatkan fokus dan energi anak saat belajar. Dengan program MBG, siswa tidak hanya mendapat makanan bergizi, tetapi juga memiliki pola makan yang lebih teratur,” ujarnya.

Ia juga menambahkan bahwa program ini dapat mengurangi tingkat ketidakhadiran siswa akibat masalah kesehatan yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi.

Dukungan dan Tantangan Program MBG

Program MBG mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan sekolah. Namun, masih terdapat beberapa tantangan dalam implementasinya, seperti distribusi makanan yang merata dan keterlibatan UMKM dalam penyediaan bahan makanan berkualitas.

Menurut Prof. Siti Rahmawati, peneliti di bidang kesehatan masyarakat, keterlibatan UMKM dalam program ini juga memberikan dampak positif terhadap perekonomian lokal.

“Melalui MBG, UMKM yang bergerak di sektor makanan mendapat kesempatan lebih besar untuk berkembang. Selain itu, kualitas makanan yang diberikan kepada siswa pun lebih terjamin karena berasal dari sumber yang jelas,” katanya.

Harmanto: Pastikan MBG Menjangkau Anak-Anak di Daerah Terpencil

Ketua Umum Gerakan Peduli Tani Nelayan (GPTN), Harmanto, mengapresiasi efektivitas Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dalam meningkatkan prestasi siswa. Namun, ia menekankan pentingnya pemerataan akses bagi anak-anak di daerah terpencil, terutama di komunitas petani dan nelayan yang sering mengalami kesulitan dalam pemenuhan gizi.

“Program ini sangat baik, tetapi harus dipastikan bahwa anak-anak di desa-desa terpencil juga mendapat manfaat yang sama. Jangan sampai hanya sekolah di perkotaan yang terlayani dengan baik, sementara daerah pesisir dan pedesaan tertinggal dalam distribusi makanan bergizi,” ujar Harmanto.

Ia juga mendorong agar pemerintah lebih banyak menggandeng petani lokal dalam penyediaan bahan makanan, sehingga program MBG tidak hanya meningkatkan kualitas gizi siswa, tetapi juga menggerakkan perekonomian petani kecil.

Trisno Widodo: Libatkan Koperasi Petani dan Nelayan dalam MBG

Sementara itu, Ketua Dewan Penasehat GPTN, Trisno Widodo, menekankan pentingnya pelibatan koperasi petani dan nelayan dalam rantai pasok MBG. Ia melihat peluang besar bagi program ini untuk menjadi motor penggerak ekonomi pedesaan.

“Jika bahan makanan untuk MBG bersumber dari koperasi petani dan nelayan, dampaknya akan jauh lebih luas. Kita bisa meningkatkan kesejahteraan produsen pangan kecil sekaligus menjamin kualitas bahan makanan yang sehat dan segar untuk anak-anak,” kata Trisno.

Ia juga mengingatkan bahwa distribusi MBG harus dikelola dengan transparan dan akuntabel agar tidak ada penyimpangan yang dapat mengurangi manfaat program ini bagi masyarakat.

GPTN berharap pemerintah terus menyempurnakan program MBG dengan memastikan akses yang merata, pemberdayaan ekonomi petani dan nelayan, serta pengawasan ketat dalam implementasinya.

Harapan ke Depan

Para akademisi berharap program MBG terus diperluas dan ditingkatkan kualitasnya agar semakin banyak siswa yang mendapatkan manfaatnya. Dengan dukungan kebijakan yang tepat dan pengawasan ketat, program ini diyakini dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan anak-anak di Indonesia.

Pemerintah juga diharapkan dapat memperkuat koordinasi dengan berbagai pihak agar MBG dapat berjalan lebih optimal dan berkelanjutan.