Pada tahun 2024, budidaya ikan nila terus menjadi sektor unggulan dalam industri perikanan di Indonesia. Salah satu inovasi terbaru adalah program budidaya ikan nila salin yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Karawang, Jawa Barat.

Program ini menargetkan produksi sekitar 7.020 ton per siklus dengan total nilai mencapai Rp210,6 miliar. Budidaya nila salin, yang dilakukan di lahan seluas 80 hektare, merupakan contoh bagaimana sektor perikanan Indonesia dapat berkembang melalui pemanfaatan teknologi dan pengelolaan kawasan yang efisien.

Selain pengembangan budidaya nila salin, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga berfokus pada penguatan jejaring perbenihan ikan nila secara nasional. Ini bertujuan untuk menjamin distribusi benih ikan yang berkualitas tinggi ke seluruh wilayah Indonesia. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas petani ikan nila, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu eksportir utama ikan nila di dunia.

Potensi ekspor ikan nila juga cukup besar, dengan Sumatera Utara menjadi salah satu provinsi penghasil utama. Pada 2024, nilai ekspor ikan nila dari Sumatera Utara mencapai USD 71,89 juta dari total USD 78,44 juta ekspor nasional. Hal ini menegaskan bahwa ikan nila memiliki prospek yang cerah di pasar global.

Tantangan dan Harapan di Masa Depan

Meskipun memiliki prospek yang baik, budidaya ikan nila tetap menghadapi tantangan. Salah satunya adalah perlunya inovasi lebih lanjut dalam hal manajemen kualitas air dan efisiensi pakan. Kualitas air yang optimal sangat penting dalam budidaya ikan nila, dengan suhu ideal antara 25-30°C dan pH air di kisaran 6,5-8,6.

Dengan dukungan pemerintah dan penerapan teknologi modern, diharapkan Indonesia dapat terus meningkatkan kapasitas produksi ikan nila dan memanfaatkan peluang besar di pasar global. Budidaya ikan nila tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi petani, tetapi juga mendukung ketahanan pangan nasional dan keberlanjutan lingkungan.

Sumber Antara, Tempo Bisnis