
Bungkil inti sawit merupakan limbah dari produksi minyak inti sawit yang memiliki potensi besar sebagai pakan ternak. Dengan kandungan protein kasar sekitar 14-19 persen dan ketersediaan yang melimpah di Indonesia, bungkil ini dapat menjadi alternatif sumber pakan yang lebih ekonomis dan berkelanjutan. Menurut Prof. Dr. Ir. Zuprizal, DEA., IPU., ASEAN Eng., dari Laboratorium Ilmu Makanan Ternak (IMT) Fakultas Peternakan UGM, bungkil inti sawit dapat digunakan dalam formulasi pakan ayam broiler dengan proporsi optimal sekitar 10 persen.
Potensi Bungkil Inti Sawit dalam Pakan Ternak
Produksi pakan ternak di Indonesia mencapai sekitar 20 juta ton per tahun, dan penggunaan bungkil inti sawit sebagai bahan baku pakan ayam broiler dapat mencapai 2 juta ton. Penggunaannya dalam formulasi pakan broiler berpotensi mengurangi kebutuhan bahan impor seperti jagung dan bungkil kedelai. Dengan formulasi yang tepat, bungkil inti sawit dapat mengurangi penggunaan jagung sekitar 9 persen dan bungkil kedelai sekitar 3 persen. Hal ini dapat menghemat biaya produksi, terutama karena bungkil kedelai masih diimpor dalam jumlah besar.
Tantangan dalam Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit
Meskipun memiliki kandungan protein yang tinggi, bungkil inti sawit juga mengandung serat kasar, khususnya manan, yang cukup tinggi. Kandungan ini dapat mengurangi kecernaan nutrien jika tidak diolah dengan baik. Oleh karena itu, perlu adanya suplementasi enzim dari luar, seperti enzim mananase, NSPase, dan protease, untuk meningkatkan kecernaan nutrien. Penggunaan enzim ini berkontribusi pada peningkatan produktivitas ayam broiler, kualitas karkas, dan kesehatan saluran cerna.
Inovasi Feed Additive Berbasis Teknologi Nano
Selain optimalisasi penggunaan bungkil inti sawit dalam pakan ternak, tim Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Fakultas Peternakan UGM juga mengembangkan berbagai inovasi feed additive berbasis teknologi nano. Beberapa penelitian telah menghasilkan feed additive seperti nano teknologi ekstrak kunyit, nano teknologi ekstrak kapulaga, nano emulsi ekstrak minyak atsiri serai, dan ekstrak daun sirsak. Teknologi ini bertujuan untuk meningkatkan daya cerna dan efisiensi pakan, sekaligus memberikan manfaat tambahan bagi kesehatan ternak.
Dukungan Penelitian dan Pengembangan Pakan Ternak
Kolaborasi antara akademisi dan industri pakan ternak menjadi kunci dalam mengoptimalkan penggunaan bungkil inti sawit. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli di Fakultas Peternakan UGM, seperti Prof. Dr. Ir. Zuprizal, DEA., IPU., ASEAN Eng., serta timnya, berperan dalam mengembangkan formulasi pakan yang lebih efisien dan mendukung ketahanan pangan nasional. Dengan pemanfaatan bahan lokal yang optimal, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor bahan pakan, meningkatkan efisiensi produksi ternak, serta menciptakan solusi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.