Di bawah birunya langit dan ombak yang bersahabat, sektor perikanan di Sulawesi Utara kembali menunjukkan tajinya. Tahun 2023 mencatatkan pencapaian luar biasa bagi industri perikanan tangkap, terutama dalam produksi ikan cakalang dan tongkol—dua komoditas unggulan laut tropis yang menjadi andalan nelayan setempat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara, total volume produksi ikan cakalang mencapai 54.122 ton dengan nilai fantastis Rp 1,14 triliun. Sementara itu, produksi ikan tongkol tak kalah gemilang dengan angka 26.257 ton senilai Rp 543,7 miliar.

Pencapaian ini tak hanya menunjukkan potensi alam yang kaya, tetapi juga menggambarkan keberhasilan kolaborasi antara nelayan, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya dalam membangun sistem perikanan yang tangguh, produktif, dan kompetitif.

Kota Bitung, Sang Raksasa Cakalang

Kota Bitung kembali menegaskan posisinya sebagai tulang punggung industri cakalang Sulawesi Utara. Dengan volume produksi mencapai 21.248 ton dan nilai mencapai Rp 410,7 miliar, kota pelabuhan ini unggul jauh dibandingkan daerah lainnya. Letaknya yang strategis, infrastruktur pelabuhan yang memadai, serta kultur maritim yang kuat membuat Bitung menjadi simpul utama distribusi dan ekspor ikan laut, khususnya ke pasar Jepang dan negara-negara Eropa.

Kabupaten Minahasa Utara menyusul dengan produksi sebesar 5.411 ton senilai Rp 108,2 miliar, sementara Kota Manado memberikan kontribusi 7.073 ton senilai Rp 176,8 miliar. Adapun Kabupaten Minahasa Tenggara mencatat angka 5.248 ton, menjadikannya pemain penting dalam rantai pasok cakalang di wilayah timur provinsi ini.

Tongkol: Komoditas Kedua yang Tak Kalah Penting

Di sisi lain, produksi ikan tongkol juga menunjukkan capaian signifikan. Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) menjadi penghasil tongkol terbesar dengan volume 5.620 ton senilai Rp 44,9 miliar. Keberhasilan ini memperkuat posisi Sitaro sebagai lumbung ikan di wilayah kepulauan.

Kota Bitung kembali masuk daftar tiga besar dengan volume 3.743 ton dan nilai mencapai Rp 60,1 miliar, menandakan dominasi ganda kota ini dalam dua jenis ikan pelagis utama. Sementara itu, Kabupaten Minahasa mencatat volume 3.199 ton, namun menariknya, nilai produksinya mencapai Rp 103 miliar—mengindikasikan harga tongkol dari wilayah ini memiliki nilai jual yang tinggi, mungkin karena kualitas atau ukuran tangkapan yang lebih besar.

Laut yang Kaya, Nelayan yang Tangguh

Kesuksesan sektor perikanan di Sulawesi Utara bukan semata soal angka dan tonase. Di balik itu, ada kerja keras nelayan yang setiap hari bertarung dengan ombak, ada komunitas yang menjaga tradisi bahari, dan ada pemerintah yang memberikan dukungan melalui berbagai kebijakan.

Pemerintah daerah telah berkontribusi melalui pelatihan peningkatan kapasitas nelayan, subsidi bahan bakar, dan pembangunan infrastruktur perikanan seperti cold storage, TPI (Tempat Pelelangan Ikan), dan pelabuhan perikanan modern. Selain itu, dukungan pasar juga menjadi pendorong utama. Permintaan tinggi dari dalam negeri dan pasar ekspor mendorong para nelayan untuk terus meningkatkan produktivitas dan menjaga kualitas hasil tangkapan.

Menatap Masa Depan Perikanan yang Berkelanjutan

Kendati capaian tahun 2023 sangat membanggakan, tantangan keberlanjutan tetap membayangi. Produksi yang tinggi tak boleh mengabaikan kelestarian ekosistem laut. Overfishing, pencemaran laut, hingga dampak perubahan iklim bisa menjadi ancaman serius jika tidak diantisipasi sejak dini.

Untuk itu, pendekatan pengelolaan sumber daya laut secara berkelanjutan menjadi kunci. Penegakan zona tangkap, musim penangkapan, dan perlindungan habitat ikan harus berjalan beriringan dengan peningkatan produksi. Edukasi kepada nelayan tentang teknik penangkapan ramah lingkungan, penggunaan alat tangkap selektif, serta diversifikasi ekonomi pesisir menjadi hal-hal mendesak yang harus terus didorong.

Sulawesi Utara, Pilar Maritim Indonesia

Dengan pencapaian ini, Sulawesi Utara semakin menegaskan dirinya sebagai salah satu pilar maritim Indonesia. Perairannya yang kaya bukan hanya menjadi sumber penghidupan, tetapi juga kebanggaan. Kota Bitung dan kabupaten-kabupaten lain yang berkontribusi besar menunjukkan bahwa potensi kelautan Indonesia tidak hanya terletak di atas peta, tetapi juga nyata dalam bentuk kesejahteraan masyarakat pesisir.

Tinggal bagaimana ke depan, seluruh pihak mampu menjaga keseimbangan antara produksi dan konservasi, antara ekonomi dan ekologi. Sebab hanya dengan cara itu, laut Sulawesi bisa terus memberikan kehidupan untuk generasi hari ini dan masa depan.