
Jakarta, 29 April 2025 – Chief Economist Juwai IQI, Shan Saeed, menilai Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) akan memainkan peran kunci dalam mendorong pertumbuhan pasar keuangan dan investasi Indonesia dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan.
Dalam acara Media Briefing: Outlook Ekonomi Indonesia 2025 di Jakarta, Senin (28/4), Shan menyatakan bahwa keputusan pemerintah membentuk Danantara merupakan langkah strategis untuk menarik arus investasi asing dari berbagai negara potensial.
“Danantara sebagai sovereign wealth fund akan menjadi penggerak di pasar keuangan Indonesia lima sampai 10 tahun ke depan. Jika melihat negara anggota Gulf Cooperation Council (GCC) seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Qatar, mereka punya dana investasi lebih dari 4 triliun dolar AS. Mereka aktif berinvestasi di negara-negara bertumbuh seperti Vietnam, Indonesia, dan Malaysia,” kata Shan.
Menurutnya, Danantara memiliki peluang besar untuk mengarahkan investasi ke sektor-sektor produktif, memanfaatkan potensi demografi Indonesia yang besar serta stabilitas makroekonomi yang semakin kuat.
Ia juga menyoroti bahwa kombinasi pertumbuhan kelas menengah, pesatnya adopsi teknologi, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia, termasuk melalui pendidikan perempuan, menjadikan Indonesia semakin menarik bagi investor global.
“Indonesia kini berada dalam posisi strategis untuk menarik investasi global dan mendorong akselerasi transformasi ekonominya. Dengan pengelolaan Danantara yang efektif, Indonesia bisa menjadi pemain yang lebih relevan di kancah ekonomi dunia,” ujarnya optimistis.
Dalam kesempatan yang sama, Shan mengungkapkan bahwa Juwai IQI, sebagai firma real estat dan investasi, juga berencana memperluas kehadirannya di Indonesia.
“Kami berencana membuka lebih banyak kantor, termasuk di Surabaya. Saat ini kami sudah memiliki kantor di Jakarta dan Bali. Bahkan, menurut laporan JLL Indonesia, nilai properti di Jakarta diperkirakan mencapai 85 miliar dolar AS pada 2030,” jelas Shan.
Keberadaan Danantara diharapkan tidak hanya mempercepat investasi asing langsung (FDI), tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi baru di kawasan Asia.