
Industri kelapa sawit memegang peran penting dalam pertumbuhan ekonomi daerah, termasuk di Provinsi Riau yang merupakan salah satu produsen sawit terbesar di Indonesia. Dengan kontribusi besar terhadap ketahanan pangan dan energi nasional, sektor ini dihadapkan pada tantangan tata kelola yang belum optimal. Berbagai kebijakan dan regulasi terus diperbaiki untuk memastikan keberlanjutan dan kepatuhan industri sawit terhadap hukum yang berlaku.
Peningkatan Tata Kelola dan Kepatuhan Pelaku Usaha
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Riau, Syahrial Abdi, menegaskan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan sektor usaha dalam menciptakan tata kelola perkebunan sawit yang lebih tertib. Dalam acara yang diadakan oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) cabang Riau, ia menyatakan bahwa pemerintah daerah terus mendorong pelaku usaha agar lebih taat terhadap peraturan yang ada.
Untuk mendukung transparansi dan kepatuhan, Dinas Perkebunan Riau bekerja sama dengan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (BPN) dalam membentuk kebijakan one map policy. Kebijakan ini bertujuan untuk menyatukan data terkait perkebunan sawit guna menghindari tumpang tindih izin serta memastikan legalitas lahan yang digunakan oleh perusahaan.
Saat ini, hanya sekitar 25% dari total perkebunan sawit di Riau yang telah tertib secara administrasi. Banyak perusahaan yang belum memiliki izin lengkap, sehingga menimbulkan ketidakpastian dalam tata kelola industri sawit. Dengan adanya asosiasi seperti Gapki, diharapkan anggota yang tergabung dapat lebih patuh terhadap peraturan yang berlaku.
Potensi Besar dan Peran Sawit dalam Ketahanan Pangan
Berdasarkan data dari Badan Informasi Geospasial (BIG), luas perkebunan kelapa sawit di Riau mencapai 4 juta hektare, sementara izin usaha perkebunan (IUP) yang dimiliki perusahaan baru mencakup 1,4 juta hektare. Angka ini menunjukkan bahwa masih banyak perkebunan yang belum memiliki kepastian hukum, sehingga perlu ada upaya lebih lanjut untuk meningkatkan kepatuhan administrasi.
Selain berkontribusi terhadap ekonomi daerah, industri kelapa sawit juga berperan dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Baru-baru ini, perusahaan-perusahaan sawit di Riau turut serta dalam program penanaman padi gogo dan jagung yang digagas oleh pemerintah bersama dengan TNI dan Polri. Langkah ini menunjukkan bahwa industri sawit dapat memberikan manfaat lebih luas bagi masyarakat sekitar melalui diversifikasi sektor pertanian.
Replanting dan Tantangan Produksi Sawit
Sekretaris Jenderal Gapki cabang Riau, Dede Putra Kurniawan, menyebutkan bahwa saat ini pelaku usaha tengah melakukan program peremajaan sawit atau replanting. Program ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan produktivitas kebun, tetapi juga dimanfaatkan sebagai lahan tumpang sari untuk tanaman pangan seperti padi gogo dan jagung.
Meskipun demikian, industri sawit masih menghadapi tantangan besar, salah satunya adalah ketersediaan bahan baku minyak sawit yang semakin terbatas. Produksi minyak sawit nasional mengalami stagnasi dalam beberapa tahun terakhir akibat tingginya usia tanaman dan lambatnya program peremajaan.
Menurut data Gapki, produksi minyak sawit mentah (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) pada tahun 2024 mencapai 52,76 juta ton, mengalami penurunan 3,80% dibandingkan produksi tahun sebelumnya yang mencapai 54,84 juta ton. Sementara itu, konsumsi CPO dan PKO pada Desember 2024 tercatat sebesar 2,18 juta ton, lebih tinggi dibandingkan konsumsi bulan November yang mencapai 2,03 juta ton.
Penurunan Nilai Ekspor Sawit dan Dampaknya terhadap Ekonomi
Penurunan produksi sawit berdampak pada nilai ekspor Indonesia. Pada tahun 2024, total nilai ekspor minyak sawit mencapai USD 27,76 miliar atau sekitar Rp 440 triliun, mengalami penurunan sebesar 8,44% dibandingkan tahun 2023 yang mencapai USD 30,32 miliar (Rp 463 triliun).
Volume ekspor juga mengalami penurunan sebesar 2,68 juta ton, dari 32,21 juta ton pada tahun 2023 menjadi 29,53 juta ton pada tahun 2024. Penurunan ini menjadi perhatian bagi pelaku usaha dan pemerintah untuk terus meningkatkan daya saing industri kelapa sawit agar tetap menjadi salah satu komoditas unggulan Indonesia di pasar global.
Masa Depan Industri Kelapa Sawit di Riau
Dengan potensi yang besar, industri kelapa sawit di Riau harus terus berbenah untuk menghadapi berbagai tantangan, mulai dari legalitas lahan, peremajaan kebun, hingga fluktuasi nilai ekspor. Upaya kolaborasi antara pemerintah dan pelaku usaha menjadi kunci dalam menciptakan industri sawit yang lebih berkelanjutan, baik dari segi ekonomi maupun lingkungan.
Melalui penerapan kebijakan yang lebih tertib serta inovasi dalam pengelolaan lahan, industri sawit di Riau diharapkan dapat terus memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembangunan daerah serta ketahanan pangan dan energi nasional.