Para pelaku usaha karet alam Indonesia kembali menikmati tren positif pada tahun 2025. Setelah mengalami tekanan akibat harga yang lesu selama satu dekade terakhir, permintaan karet dunia kini menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini membawa optimisme baru bagi petani dan perusahaan perkebunan karet di Tanah Air, meskipun produksi karet nasional masih menghadapi tantangan akibat banyaknya tanaman tua dan alih fungsi lahan ke perkebunan sawit.

Permintaan Global Karet Alam Terus Meningkat

Laporan dari The Business Research Company yang dirilis pada Januari 2025 menunjukkan bahwa pasar karet global terus tumbuh pesat. Pada tahun 2024, nilai pasar produk karet tercatat sebesar $400,43 miliar, dan diperkirakan akan meningkat menjadi $428,95 miliar pada 2025 dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 7,1%.

Lebih jauh, pasar karet global diprediksi akan mencapai $544,5 miliar pada 2029, dengan CAGR sebesar 6,1%. Faktor utama yang mendorong pertumbuhan ini meliputi:

  • Fokus pada bahan berkelanjutan dan daur ulang
  • Teknologi karet pintar
  • Solusi karet yang disesuaikan
  • Daur ulang karet
  • Pencetakan 3D komponen karet
  • Inovasi dalam formulasi karet

Tren positif ini menjadi angin segar bagi Indonesia, yang selama ini dikenal sebagai salah satu produsen karet terbesar di dunia.

Aktivasi Kembali Pabrik Karet Cikaso di Sukabumi

Momentum kenaikan harga karet juga mendorong PTPN I Regional 2 untuk mengaktifkan kembali pabrik karet Perkebunan Cikaso di Sukabumi, Jawa Barat. Pabrik ini sebelumnya sempat terendam banjir, sehingga mengalami gangguan operasional. Namun, dengan harga karet yang kembali menguat, pemulihan dan pengoperasian kembali pabrik ini dinilai sebagai langkah strategis.

Kasubang TJSL dan Humas PTPN I Regional 2, Wahdian Muharram, membenarkan bahwa pemulihan pabrik sedang berlangsung.

“Iya, pabrik karet perkebunan Cikaso sedang dipulihkan untuk kembali dioperasikan. Apalagi, harga pokok di sana rendah, sehingga diperhitungkan bagus untuk produksi karet,” ujarnya, Senin (3/3/2025).

Sebelumnya, produksi dari perkebunan Cikaso digabung dengan Agrabinta Cianjur, namun pengolahannya dilakukan di Mira Maret, Garut. Hal ini membuat biaya produksi membengkak akibat tingginya biaya transportasi. Dengan diaktifkannya kembali pabrik Cikaso, diharapkan efisiensi produksi meningkat, sekaligus memberikan dampak positif bagi petani karet di wilayah tersebut.

Optimisme Pelaku Usaha Karet

Kenaikan harga karet sejak 2023, yang semakin menguat pada 2024 dan 2025, membuat sektor ini kembali bergairah. Meskipun tantangan seperti penurunan produksi akibat pohon karet yang menua dan alih fungsi lahan ke sawit masih ada, tren permintaan global yang positif memberikan harapan bagi keberlanjutan industri karet Indonesia.

Jika tren ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin Indonesia dapat kembali memperkuat posisinya sebagai salah satu pemain utama di pasar karet dunia, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani dan pelaku industri di sektor ini.