
Pantura, Jawa Tengah – Memperingati Hari Bumi yang jatuh pada 22 April, sejumlah daerah di wilayah Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah menggelar aksi nyata peduli lingkungan dengan menanam puluhan ribu pohon di berbagai kawasan kritis. Kegiatan ini diharapkan tak hanya memperbaiki lingkungan, tetapi juga mengurangi risiko bencana alam seperti abrasi dan longsor.
Dari hasil pantauan Media Indonesia pada Selasa (21/4), aksi penanaman pohon dilakukan serentak di berbagai titik rawan kerusakan lingkungan. Kota Semarang menjadi salah satu titik utama, di mana sekitar 20 ribu pohon mangrove ditanam di Pantai Mangunharjo, Kecamatan Tugu. Kawasan ini dikenal sebagai wilayah pesisir yang mengalami abrasi cukup parah dalam beberapa tahun terakhir.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang, Arwita Mawarti, menyampaikan bahwa penanaman mangrove ini merupakan kolaborasi antara pemerintah kota dan perusahaan retail yang peduli lingkungan.
“Hutan mangrove sangat vital, bukan hanya melindungi pesisir dari abrasi, tapi juga menjadi rumah bagi beragam satwa,” ujarnya.
Arwita juga menjelaskan bahwa perusahaan retail tersebut sebelumnya telah menanam 6.000 pohon mangrove. Dengan tambahan 20 ribu pohon pada kegiatan Hari Bumi tahun ini, total pohon yang tertanam di kawasan tersebut telah mencapai 26 ribu batang.
Sementara itu di Kabupaten Batang, peringatan Hari Bumi dilakukan oleh Kantor Kementerian Agama (Kemenag) dengan menanam 1.000 pohon matoa. Bibit pohon ini disebar melalui jaringan Kantor Urusan Agama (KUA) serta sekolah-sekolah di bawah naungan Kemenag, baik negeri maupun swasta.
“Selain untuk menjaga kawasan kritis, pohon matoa ini juga memberikan manfaat ekonomi lewat hasil buahnya,” kata Kepala Kantor Kemenag Batang, Mahrus.
Di Kabupaten Pati, peringatan Hari Bumi mengusung semangat perlawanan terhadap eksploitasi alam. Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) menggelar aksi refleksi di Sukolilo dengan pertunjukan seni serta orasi lingkungan. Kegiatan ini menjadi simbol perjuangan warga dalam mempertahankan Pegunungan Kendeng dari ancaman tambang dan penggundulan hutan.
“Kami mengingatkan bahwa di saat Hari Bumi, jangan sampai ada ‘ibu bumi’ yang tersakiti,” ujar Gubretno, salah satu tokoh JMPPK.
Ia menambahkan, kerusakan alam seperti penambangan liar dan deforestasi telah mematikan sumber mata air serta memperburuk kondisi ekonomi petani. “Aksi ini menjadi simbol perlawanan kolektif masyarakat terhadap eksploitasi yang merugikan generasi mendatang,” tegasnya.
Peringatan Hari Bumi di Pantura Jawa Tengah tahun ini tidak hanya menjadi ajang penghijauan, tetapi juga momen refleksi atas kondisi lingkungan yang semakin mengkhawatirkan. Sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta menjadi kunci dalam membangun masa depan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.