
Kota Magelang berhasil menjadi peringkat teratas Indeks Ketahanan Pangan (IKP) 2024 di Provinsi Jawa Tengah dengan nilai 91,14, sekaligus masuk dalam 12 besar secara nasional. Capaian ini cukup istimewa mengingat Kota Magelang bukan merupakan daerah sentra pangan, melainkan daerah yang mengandalkan kolaborasi dengan wilayah sekitarnya untuk suplai bahan baku pangan.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jateng, Dyah Lukitasari, menyebutkan bahwa Kota Magelang mendukung tingginya IKP melalui program-program strategis seperti gerakan pangan murah, diversifikasi konsumsi pangan, dan kampanye Gerakan Konsumsi Pangan Beragam Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA). Program keamanan pangan juga menjadi salah satu aspek unggulan yang menopang capaian ini.
Pjs Wali Kota Magelang, Ahmad Aziz, menegaskan pentingnya sinergi dan kolaborasi dengan daerah-daerah sekitar serta pemerintah provinsi dan pusat untuk memastikan ketahanan pangan Kota Magelang. Hal ini sangat krusial mengingat keterbatasan lahan pertanian di kota ini, dengan luas lahan sawah hanya 143,26 hektare dan lahan pekarangan 1.234,85 hektare.
Kolaborasi tersebut memungkinkan wilayah sekitarnya menyuplai sumber pangan ke Kota Magelang, mendukung kebutuhan penduduk yang terus berkembang. Pendekatan ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan tidak hanya mengandalkan produksi lokal tetapi juga sistem distribusi dan pengelolaan yang efisien.
Keberhasilan ini menjadi contoh bagi daerah lain dengan keterbatasan sumber daya, bahwa inovasi, kerjasama, dan kebijakan yang terarah dapat menjamin ketahanan pangan yang berkelanjutan.
Kota Magelang sebagai Teladan Nasional
Ketua Umum Gerakan Peduli Tani Nelayan (GPTN), Harmanto, memberikan apresiasi yang tinggi kepada Kota Magelang atas pencapaiannya meraih peringkat teratas Indeks Ketahanan Pangan (IKP) 2024 di Provinsi Jawa Tengah dengan nilai 91,14, serta masuk dalam 12 besar nasional. Menurut Harmanto, prestasi ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan bukan hanya soal luas wilayah atau jumlah produksi, tetapi juga soal inovasi, sinergi, dan efisiensi pengelolaan sistem pangan.
“Keberhasilan Kota Magelang membuktikan bahwa daerah dengan keterbatasan lahan pertanian tetap bisa unggul dalam ketahanan pangan melalui kolaborasi yang baik dengan wilayah sekitarnya, serta penerapan program strategis yang efektif. Ini adalah contoh nyata bagaimana ketahanan pangan dapat dicapai secara berkelanjutan dengan inovasi dan sinergi,” ujar Harmanto.
Harmanto menyoroti pentingnya inisiatif seperti diversifikasi konsumsi pangan dan kampanye Gerakan B2SA yang diterapkan Kota Magelang. “Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan ketahanan pangan, tetapi juga memperkuat kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi pangan yang lebih sehat, aman, dan beragam,” tambahnya.