Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terus menunjukkan dinamika dalam sektor pertanian, dengan sejumlah perubahan signifikan dalam jumlah Usaha Pertanian Perorangan (UTP) dan Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) dalam satu dekade terakhir. Berdasarkan data terbaru, jumlah Usaha Pertanian Perorangan di NTT mencapai 901.801 unit pada tahun 2023, yang mengalami penurunan sebesar 2,85 persen dibandingkan tahun 2013, yang mencatat 928.269 unit.

Meski terjadi penurunan pada UTP, jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) di NTT justru mengalami lonjakan signifikan sebesar 12,10 persen. Pada tahun 2023, tercatat sebanyak 873.096 rumah tangga yang terlibat dalam usaha pertanian, naik dari 778.854 rumah tangga pada tahun 2013. Peningkatan ini mencerminkan semakin banyaknya rumah tangga yang terlibat dalam sektor pertanian, sekaligus menegaskan bahwa meskipun jumlah unit usaha pertanian perorangan menurun, sektor pertanian di NTT masih menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat setempat.

Penurunan Rasio Usaha Pertanian Perorangan Terhadap Rumah Tangga Usaha Pertanian

Salah satu indikator penting yang menunjukkan perubahan dalam struktur pertanian di NTT adalah rasio Usaha Pertanian Perorangan (UTP) terhadap Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP). Rasio ini tercatat sebesar 1,03 pada tahun 2023, turun 0,16 poin dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 1,19. Penurunan ini mencerminkan adanya perubahan dalam pola usaha pertanian, di mana semakin banyak rumah tangga yang terlibat dalam usaha pertanian, tetapi dengan skala usaha perorangan yang lebih kecil.

Pertumbuhan Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum dan Usaha Pertanian Lainnya

Sementara itu, sektor pertanian di NTT juga mencatat pertumbuhan positif dalam jumlah Perusahaan Pertanian Berbadan Hukum (UPB). Pada tahun 2023, jumlah UPB di NTT mencapai 48 unit, naik 26,32 persen dari tahun 2013 yang hanya mencatat 38 unit. Peningkatan ini menunjukkan berkembangnya profesionalisasi dalam sektor pertanian di NTT, di mana perusahaan-perusahaan berbadan hukum mulai mengambil peran yang lebih besar dalam pengelolaan dan pengembangan pertanian di daerah tersebut.

Selain itu, Usaha Pertanian Lainnya (UTL) di NTT juga mencatat peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2023, terdapat 536 unit UTL, naik 7,63 persen dibandingkan 498 unit pada tahun 2013. Hal ini menunjukkan diversifikasi dalam jenis usaha pertanian yang berkembang di NTT, di mana petani semakin mengoptimalkan berbagai peluang di sektor pertanian.

Petani Milenial Memegang Peran Penting

Salah satu tren menarik dalam dunia pertanian di NTT adalah keberadaan petani milenial. Pada tahun 2023, tercatat sebanyak 225.185 petani berusia 19 hingga 39 tahun, atau sekitar 25,48 persen dari total petani di NTT. Kehadiran petani muda ini menjadi angin segar bagi keberlangsungan sektor pertanian di NTT, karena generasi milenial cenderung lebih terbuka terhadap inovasi, teknologi, dan pola pertanian modern yang lebih efisien.

Generasi muda ini diyakini dapat membawa perubahan signifikan dalam cara bertani, mulai dari penerapan urban farming hingga pengelolaan pertanian berbasis teknologi. Bahkan, pada tahun 2023, jumlah Usaha Pertanian Perorangan Urban Farming di NTT tercatat sebanyak 70 unit. Ini menunjukkan minat yang semakin besar di kalangan masyarakat urban untuk terlibat dalam kegiatan pertanian sebagai bagian dari solusi ketahanan pangan di perkotaan.

Komoditas Unggulan di NTT

NTT dikenal sebagai daerah yang kaya akan sumber daya alam, terutama di sektor pertanian. Sepuluh komoditas utama yang banyak diusahakan oleh Usaha Pertanian Perorangan (UTP) di NTT pada tahun 2023 adalah: Babi, Ayam Kampung Biasa, Jagung Lokal, Kemiri, Ubi Kayu, Padi Sawah Inbrida, Sapi Potong, Jambu Mete, Kelapa, dan Pisang Kepok.

Komoditas-komoditas tersebut tidak hanya menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat petani, tetapi juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai komoditas unggulan yang dapat meningkatkan perekonomian daerah. Jagung lokal misalnya, merupakan salah satu komoditas pangan utama di NTT yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut, baik untuk konsumsi lokal maupun ekspor.

Tantangan dan Peluang di Sektor Pertanian NTT

Meskipun sektor pertanian di NTT menunjukkan banyak perkembangan positif, tantangan tetap ada, terutama terkait dengan perubahan iklim, akses terhadap teknologi, dan infrastruktur pertanian**. Namun demikian, dengan meningkatnya keterlibatan generasi muda dan dukungan dari berbagai pihak, sektor pertanian di NTT memiliki peluang besar untuk terus berkembang.

Urban farming menjadi salah satu tren baru yang potensial untuk diterapkan lebih luas, terutama di kawasan perkotaan. Selain itu, program-program pemberdayaan petani melalui pendidikan teknologi pertanian dan akses ke pasar juga diharapkan dapat memperkuat daya saing petani di NTT.