Yogyakarta, 22 Oktober 2024 – Hotel UC Universitas Gadjah Mada (UGM) menjadi tuan rumah Seminar Nasional Pembangunan Pertanian Pedesaan dan Maritim, dengan tagline “Jalan Menuju Indonesia Berdaulat di Bidang Pangan.” Acara ini menghadirkan Harmanto, S.P. Ketua Umum Gerakan Peduli Tani dan Nelayan (GPTN), sebagai pembicara utama.

Dalam seminar ini, Harmanto menekankan bahwa kedaulatan pangan bukan sekadar ketahanan pangan, tetapi hak suatu bangsa atau komunitas untuk menentukan kebijakan pangan yang mandiri dan berkelanjutan. Ia menyatakan, “Indonesia harus mampu melepaskan ketergantungan pada pangan impor dan membangun sistem pangan yang kuat dari akar pedesaan dan maritim.”

Tantangan Global dan Nasional dalam Pangan

Harmanto memaparkan berbagai isu pangan global, termasuk:

  • Pertumbuhan populasi dunia
  • Perubahan iklim dan degradasi lingkungan
  • Konflik dan krisis pangan
  • Ketimpangan ekonomi serta dampak pandemi

Sementara di tingkat nasional, ia menyoroti masalah serius seperti alih fungsi lahan pertanian, rendahnya produktivitas, serta biaya pertanian yang tinggi. “Selain itu, ketergantungan pada pangan impor dan infrastruktur yang belum memadai harus segera ditangani demi masa depan pangan Indonesia,” tambahnya.

Komunitas Pertanian sebagai Kunci Kedaulatan Pangan

Salah satu poin utama seminar adalah peran masyarakat tani dalam mewujudkan kedaulatan pangan. Harmanto menegaskan pentingnya komunitas-komunitas tani, nelayan, dan peternak untuk memperkuat ekonomi lokal dan menjaga keanekaragaman hayati. “Kelompok seperti koperasi tani, kelompok peternakan, dan nelayan adalah pondasi bagi pertanian berkelanjutan yang tidak hanya memperkuat sektor ekonomi, tapi juga menjaga tradisi dan budaya agraris kita,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan bahwa kedaulatan pangan mencakup beberapa tujuan strategis:

  1. Pengendalian Lokal: Memberikan kontrol kepada petani atas tanah, air, dan benih.
  2. Keberlanjutan: Mendorong praktik ramah lingkungan dan jangka panjang.
  3. Keadilan Sosial: Mengurangi kesenjangan akses terhadap pangan.
  4. Kemandirian: Meminimalkan dampak fluktuasi harga global.
  5. Pelestarian Budaya: Mempertahankan praktik tradisional dan kearifan lokal.

Langkah Membangun Masa Depan Pangan Indonesia

Harmanto menutup sesi dengan memaparkan strategi pembangunan kedaulatan pangan:

  1. Penguatan kontrol atas sumber daya alam bagi komunitas lokal.
  2. Penerapan praktik pertanian terpadu dan berkelanjutan.
  3. Pengembangan ekonomi lokal melalui koperasi dan inovasi teknologi.
  4. Pendidikan dan transfer pengetahuan bagi petani dan nelayan.
  5. Revitalisasi sektor agraris dan maritim sebagai garda terdepan pangan nasional.
  6. Advokasi kebijakan publik yang berpihak pada masyarakat tani dan nelayan.

Strategi Membangun Masa Depan Pangan Indonesia

Menutup sesi, Harmanto memaparkan strategi konkret untuk membangun kedaulatan pangan, termasuk penguatan kontrol sumber daya alam oleh komunitas lokal, penerapan praktik pertanian ramah lingkungan, dan pengembangan ekonomi lokal melalui inovasi teknologi. Ia juga menyerukan pendidikan dan transfer pengetahuan kepada petani dan nelayan serta advokasi kebijakan publik yang mendukung kemandirian pangan.

Antusiasme dan Harapan

seminar nasional UC UGM pertanian
seminar nasional UC UGM pertanian

Seminar ini mendapat sambutan hangat dari para peserta, mulai dari akademisi, aktivis pertanian, hingga mahasiswa. Mereka berharap diskusi ini dapat menjadi langkah awal konkret untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat di bidang pangan dan mengurangi ketergantungan pada impor.

“Ini bukan hanya diskusi akademis, tapi langkah nyata menuju kedaulatan pangan,” ujar salah satu peserta seminar.

Dengan adanya seminar ini, Harmanto dan GPTN berharap masyarakat tani dan nelayan semakin mendapat perhatian dan dukungan dari pemerintah serta berbagai pihak. “Kedaulatan pangan adalah pondasi kuat bagi kedaulatan bangsa,” pungkas Harmanto.

Baca Juga: Ketua Umum GPTN, Harmanto, Kunjungi Joglo Tani Yogyakarta untuk Silaturahmi dan Tinjau Pertanian Terpadu