Jakarta – Indonesia, dengan garis pantai sepanjang 99.083 km, menjadi negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Namun, meskipun kaya akan sumber daya laut, Indonesia masih tertinggal dalam ekspor perikanan, bahkan tidak masuk dalam 10 besar negara eksportir terbesar dunia.

Kepala Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan (BPPMHKP), Ishartini, menjelaskan bahwa Indonesia saat ini berada di peringkat ke-13 sebagai negara eksportir produk perikanan. Lima negara eksportir utama diduduki oleh Tiongkok, Norwegia, Ekuador, Chili, dan Vietnam, dengan komoditas unggulan masing-masing seperti salmon dari Norwegia dan udang dari Ekuador.

Beberapa produk perikanan utama yang diekspor Indonesia meliputi udang (senilai USD 1,73 miliar), tuna, tongkol, cakalang (USD 927,13 juta), dan cumi-sotong-gurita (USD 762,58 juta). Meskipun demikian, nilai ekspor perikanan Indonesia menunjukkan penurunan. Pada 2022, ekspor perikanan Indonesia mencapai USD 6,2 miliar, namun turun menjadi USD 5,63 miliar pada 2023.

Uni Eropa sebagai Pasar Ekspor Utama

Salah satu pasar ekspor utama bagi produk perikanan Indonesia adalah Uni Eropa. Sepanjang 2023, volume ekspor ke Uni Eropa mencapai 55.880 ton, yang turun 5,6 persen dibandingkan 2022 yang mencapai 59.220 ton. Ikan tuna dan cakalang menjadi komoditas utama dengan nilai ekspor sebesar USD 110 juta. Disusul oleh cumi, sotong, dan gurita dengan nilai ekspor USD 59 juta.

Selain itu, udang menjadi salah satu komoditas utama dengan nilai ekspor mencapai USD 43 juta, diikuti rumput laut senilai USD 27 juta, dan paha kodok sebesar USD 14 juta.

Ishartini menyatakan bahwa meskipun Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor perikanan, posisinya masih kalah saing dengan negara lain di pasar internasional.

Ia menambahkan bahwa perlu upaya lebih besar untuk meningkatkan daya saing dan volume ekspor produk perikanan Indonesia agar dapat bersaing di pasar global dan meningkatkan kontribusi sektor kelautan terhadap perekonomian nasional. cnbc