Kabar duka menyelimuti Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, ketika satu individu paus sperma atau paus kepala kotak (Physeter macrocephalus) ditemukan terdampar di perairan dangkal Teritip, Kecamatan Balikpapan Timur. Paus yang awalnya ditemukan dalam keadaan hidup kini telah dinyatakan mati pada Jumat siang (27/9/2024), setelah upaya penyelamatan yang intensif dilakukan oleh tim gabungan.

Tragedi di Teritip

Hery Seputro, Pengawas Perikanan Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DP3) Kota Balikpapan, mengonfirmasi kematian paus tersebut. Menurut laporan Hery, paus yang diperkirakan sepanjang 15 meter dengan berat mencapai 40 ton itu ditemukan mati di perairan dangkal Teritip, sekitar 30 kilometer dari pusat kota Balikpapan.

“Paus yang terdampar di perairan Teritip, Balikpapan Timur, sudah dinyatakan mati atau tidak bernapas lagi pada Jumat siang,” ujar Hery dalam keterangannya.

Sebelumnya, paus tersebut sempat ditemukan bernapas dan menggerakkan ekornya perlahan pada 24 September 2024. Namun, meski tim gabungan berhasil mengarahkan paus ke laut lepas Selat Makassar, mamalia laut ini kembali terdampar ke perairan dangkal beberapa hari kemudian dan tidak berhasil diselamatkan.

Upaya Penyelamatan yang Berat

Tim gabungan yang terdiri dari DP3 Balikpapan, Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut, serta Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim bekerja keras dalam upaya menyelamatkan paus tersebut. Kepala Seksi Konservasi Wilayah III BKSDA Kaltim, Bambang Hari Trimarsito, menyebutkan bahwa proses evakuasi paus sangat menantang, terutama karena lokasi terdamparnya berada di perairan yang sangat dangkal dengan kedalaman hanya 1-2 meter.

“Kami berupaya maksimal untuk mengarahkan paus ke laut lepas, tetapi paus tersebut kembali terdampar di lokasi yang sama. Tim masih terus berproses di lapangan untuk menyelidiki lebih lanjut,” jelas Bambang.

Pada 25 September, tim sempat berhasil menggiring paus tersebut kembali ke laut, diharapkan agar mamalia tersebut dapat kembali ke habitatnya di perairan dalam dengan kedalaman 400 hingga 900 meter. Namun, pada 26 September, paus kembali ke perairan dangkal dan akhirnya ditemukan mati sehari setelahnya.

Investigasi Penyebab Kematian

Langkah selanjutnya, Hery mengungkapkan, adalah melakukan nekropsi atau pembedahan terhadap paus untuk menentukan penyebab kematiannya. Nekropsi bertujuan untuk mengambil sampel organ tubuh yang akan diperiksa di laboratorium. Tindakan ini sangat penting untuk memahami penyebab kematian paus dan mendapatkan gambaran lebih jelas tentang kondisi kesehatan mamalia laut tersebut sebelum terdampar.

“Rencana nekropsi akan segera dilaksanakan untuk menginvestigasi penyebab kematian paus ini,” ujar Hery.

Spekulasi Penyebab Terdamparnya Paus

Terdamparnya paus sperma di perairan dangkal bukanlah peristiwa yang jarang terjadi di Indonesia. Peneliti menduga ada dua kemungkinan utama penyebab paus terdampar: faktor alami dan antropogenik (dampak aktivitas manusia).

Faktor alami, seperti penyakit atau usia tua, bisa melemahkan kemampuan navigasi paus, membuat mereka terpisah dari kawanan dan akhirnya tersesat ke perairan dangkal. Paus sperma, yang biasanya hidup di kedalaman hingga 2.250 meter, mungkin tidak mampu beradaptasi dengan perairan dangkal dan akhirnya kehilangan arah.

Namun, faktor antropogenik juga menjadi sorotan utama. Aktivitas manusia, seperti polusi laut, perburuan paus, dan tingginya jumlah sampah plastik yang mengotori perairan, bisa menjadi penyebab lain. Paus sperma, yang memanfaatkan ekolokasi untuk bernavigasi, dapat terganggu oleh gelombang sonar dari perangkat eksplorasi minyak dan gas bumi yang sering digunakan di perairan seperti Selat Makassar. Gangguan ini dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk menemukan rute yang aman di perairan dalam.

“Penggunaan perangkat yang memancarkan gelombang elektromagnetik, seperti dalam kegiatan eksplorasi minyak dan gas, dapat mengganggu ekolokasi paus dan menyebabkan mereka tersesat. Ini bisa jadi salah satu penyebab paus terdampar di perairan dangkal,” ujar seorang peneliti kelautan yang turut memantau insiden ini.

Faktor ini semakin relevan mengingat Selat Makassar merupakan wilayah yang aktif dalam kegiatan eksplorasi migas, di mana berbagai kilang dan pengeboran minyak dan gas bumi beroperasi. Situasi ini, ditambah dengan pencemaran air dan sampah laut, menimbulkan tekanan besar pada ekosistem laut dan keberlangsungan hidup satwa-satwa laut yang terancam punah, seperti paus sperma.

Paus Sperma: Spesies yang Hampir Punah

Paus sperma adalah salah satu spesies paus yang terancam punah dan dilindungi di perairan Indonesia. Spesies ini dikenal dengan kemampuan ekolokasi yang sangat canggih, memungkinkan mereka bernavigasi di lautan luas dan dalam. Namun, ancaman dari aktivitas manusia semakin memperparah kondisi mereka di alam liar.

Insiden terdamparnya paus sperma di Balikpapan ini menambah daftar panjang paus yang mengalami nasib serupa di berbagai wilayah perairan Indonesia. Kasus-kasus ini sering kali menjadi peringatan akan perlunya perlindungan yang lebih ketat terhadap habitat laut dan pentingnya meminimalkan dampak negatif dari kegiatan manusia di lautan.

Menunggu Hasil Investigasi

Kematian paus sperma di Balikpapan menyisakan pertanyaan yang mendalam mengenai penyebab pasti terdamparnya mamalia laut ini. Meskipun nekropsi akan memberikan petunjuk lebih lanjut, kejadian ini juga menjadi momentum bagi pihak berwenang dan masyarakat untuk lebih waspada terhadap dampak aktivitas manusia terhadap kehidupan laut.

Dengan semakin banyaknya kasus paus terdampar, penting bagi semua pihak, baik pemerintah, peneliti, maupun masyarakat, untuk bekerja sama menjaga kelestarian laut dan memastikan bahwa paus-paus yang terancam punah dapat hidup dengan aman di habitat mereka tanpa ancaman dari manusia.

Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa lautan kita membutuhkan perlindungan dan perhatian lebih, terutama dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan satwa-satwa langka seperti paus sperma.