Kuartal pertama tahun 2025 membawa kabar baik bagi perekonomian Indonesia. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada 5 Mei 2025 menunjukkan bahwa sektor pertanian menjadi salah satu penyumbang utama pertumbuhan ekonomi nasional, dengan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Momentum ini menandai kebangkitan sektor agraria yang selama ini kerap terpinggirkan dalam narasi pembangunan nasional.

Pertumbuhan Ekonomi Ditopang Panen Raya dan Permintaan Domestik

BPS mencatat pertumbuhan ekonomi nasional pada periode Januari–April 2025 mencapai 4,87 persen. Dari angka ini, sektor pertanian berkontribusi cukup besar dengan pertumbuhan 1,1 persen—angka tertinggi dibanding sektor lainnya. Penyebab utamanya adalah panen raya padi dan jagung yang terjadi secara serentak di berbagai daerah. Selain itu, lonjakan permintaan domestik terhadap produk pertanian seperti beras, daging, dan telur selama Ramadan hingga Idulfitri turut memperkuat kontribusi sektor ini.

Tanaman pangan tercatat mengalami pertumbuhan spektakuler sebesar 42,26 persen. Angka ini menjadi indikator langsung dari keberhasilan produksi dan distribusi yang efektif, serta menunjukkan daya serap pasar domestik yang tinggi terhadap hasil panen dalam negeri.

Peringkat Tiga dalam Struktur PDB Nasional

Dalam struktur kontribusi PDB nasional, sektor pertanian kini menempati posisi ketiga dengan kontribusi sebesar 12,66 persen. Posisi pertama masih diduduki oleh sektor industri pengolahan dengan 19,25 persen dan perdagangan di urutan kedua dengan 13,22 persen. Meski demikian, laju pertumbuhan pertanian menjadi yang tertinggi, mengalahkan sektor-sektor lain yang selama ini lebih dominan.

Sektor konstruksi yang selama ini sering disebut sebagai tulang punggung pembangunan fisik hanya mencatat pertumbuhan 2,18 persen dengan kontribusi 9,87 persen terhadap PDB.

Rekor Serapan Beras: Bukti Ketangguhan Produksi Domestik

Menteri Pertanian Amran Sulaiman menegaskan keberhasilan sektor pertanian bukan hanya terlihat dari pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dari data konkret serapan beras oleh pemerintah. Dari Januari hingga Mei 2025, serapan beras mencapai 1,88 juta ton—angka tertinggi dalam lima tahun terakhir. Capaian ini menjadi bukti bahwa kebutuhan konsumsi nasional dapat terpenuhi tanpa ketergantungan pada impor.

“Alhamdulillah sekarang serapan dalam negeri, bukan impor. Ini bukti kerja keras petani dan dukungan penuh dari berbagai pihak,” ujar Mentan Amran.

Momentum Reposisi Sektor Pertanian

Kinerja impresif sektor pertanian pada awal 2025 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki fondasi kuat untuk membangun kedaulatan pangan. Panen raya, peningkatan produksi, dan serapan dalam negeri harus dibaca sebagai momentum strategis untuk melakukan reposisi sektor pertanian dalam prioritas pembangunan nasional.

Ke depan, penguatan infrastruktur pertanian, distribusi logistik hasil tani, serta investasi pada riset dan teknologi pertanian menjadi krusial agar capaian ini tidak hanya menjadi puncak sesaat, melainkan awal dari era baru kemandirian pangan nasional.

Pertumbuhan yang diraih bukanlah hasil kebetulan, tetapi buah dari sistem yang mulai tertata. Pertanian tidak lagi sekadar sektor cadangan, melainkan pilar utama yang menopang ekonomi dan ketahanan bangsa.