
Peternak sapi perah di Boyolali tengah menghadapi krisis besar. Produksi susu yang melimpah tidak dapat terserap sepenuhnya oleh Industri Pengolahan Susu (IPS), sehingga puluhan ton susu terbuang setiap hari. Para peternak dan pengepul susu mengeluhkan pembatasan kuota yang diterapkan oleh IPS, yang menyebabkan susu mereka tidak dapat dijual, meskipun kualitasnya terjamin.
Setiap hari, peternak di Boyolali menghasilkan sekitar 140 ton susu, namun hanya 110 ton yang dapat diterima oleh pabrik. Selebihnya, sekitar 30 ton susu terpaksa dibuang karena tidak dapat dipasarkan. Pembatasan kuota ini telah berlangsung sejak September 2024 dan semakin memburuk pada akhir Oktober 2024. Para peternak menduga penyebabnya adalah keran impor susu yang semakin besar, yang menambah tekanan pada industri susu lokal.
Sebagai upaya untuk mengatasi masalah ini, para peternak dan pengepul susu mengadakan aksi pembagian susu gratis kepada masyarakat, serta mengadukan masalah ini kepada Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali. Mereka berharap pemerintah daerah dapat menyampaikan keluhan mereka ke Pemerintah Pusat, terutama terkait dengan kebijakan impor susu yang dianggap merugikan peternak lokal.
Kerugian yang dialami peternak sangat besar. Salah satu pengepul susu, Sugianto, mengungkapkan telah membuang 33 ton susu dalam dua minggu terakhir, yang mengakibatkan kerugian hingga Rp 500 juta. Untuk mengurangi kerugian, beberapa peternak terpaksa menjual pedet (anak sapi) mereka.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali, Lusia Dyah Suciati, mengatakan bahwa pihaknya sudah menerima keluhan dari peternak dan berusaha memfasilitasi pertemuan antara peternak dan pihak IPS, serta dengan BUMN terkait. Harapannya, upaya ini bisa memperbaiki situasi dan membantu mengurangi kerugian yang dialami peternak.
Produksi susu di Boyolali sempat menurun akibat wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang sapi, namun sebelum itu Boyolali merupakan salah satu penghasil susu terbesar di Indonesia. Kini, peternak berharap adanya kebijakan yang lebih mendukung produksi susu lokal, agar mereka dapat terus bertahan dan memenuhi kebutuhan pasar domestik tanpa tergantung pada impor.