Samudra Hindia yang berbatasan langsung dengan pesisir selatan Yogyakarta menyimpan potensi besar untuk komoditas ikan tuna. Ikan tuna, khususnya jenis yellowfin (sirip kuning) dan bigeye, merupakan komoditas bernilai tinggi di pasar nasional dan internasional.

Meski potensi tuna di perairan ini cukup menjanjikan, nelayan Yogyakarta masih menghadapi tantangan dalam memaksimalkan hasil tangkapan. Dengan dukungan tepat, sektor perikanan tuna bisa menjadi salah satu kekuatan ekonomi baru di wilayah ini. 

Potensi Tuna di Perairan Selatan Yogyakarta 

1. Ekosistem Laut yang Mendukung 

Samudra Hindia merupakan perairan dalam dengan arus laut yang kaya nutrisi, kondisi ideal bagi ikan pelagis seperti tuna. Selain itu, migrasi tuna melalui jalur ini membuka peluang bagi nelayan untuk menangkap ikan dengan ukuran besar dan berkualitas tinggi. 

2. Permintaan Pasar yang Tinggi 

Ikan tuna merupakan komoditas ekspor unggulan dengan permintaan tinggi, terutama dari Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa, yang menggunakan tuna sebagai bahan utama sushi dan sashimi. Permintaan domestik untuk industri makanan olahan dan restoran juga terus meningkat. 

3. Pelabuhan Perikanan Aktif 

Beberapa pelabuhan perikanan di Yogyakarta, seperti Pelabuhan Sadeng dan Pantai Baron, sudah menjadi pusat aktivitas nelayan. Jika fasilitas penunjangnya terus dikembangkan, kawasan ini berpotensi menjadi sentra perikanan tuna yang lebih produktif. 

Tantangan yang Dihadapi Nelayan Tuna 

1. Keterbatasan Kapal dan Alat Tangkap 

Nelayan di Yogyakarta umumnya masih menggunakan kapal kecil dengan peralatan sederhana, seperti pancing ulur dan jaring tradisional. Padahal, penangkapan tuna idealnya menggunakan kapal berkapasitas besar dan peralatan modern agar bisa menjangkau perairan lebih dalam dan jauh. 

2. Cuaca Ekstrem dan Keselamatan Laut 

Gelombang tinggi di Samudra Hindia menjadi tantangan tersendiri bagi nelayan. Pada periode tertentu, kondisi laut tidak memungkinkan untuk melaut, sehingga hasil tangkapan menjadi tidak stabil. 

3. Minimnya Fasilitas Cold Storage 

Tuna merupakan komoditas yang memerlukan penanganan cepat dan penyimpanan dingin untuk menjaga kualitasnya. Namun, keterbatasan fasilitas penyimpanan (cold storage) di beberapa pelabuhan membuat nelayan harus segera menjual hasil tangkapan, sering kali dengan harga rendah. 

4. Akses Pasar Ekspor Terbatas 

Meskipun ikan tuna dari perairan selatan memiliki kualitas ekspor, banyak nelayan kesulitan menembus pasar internasional karena keterbatasan sertifikasi dan rantai distribusi. 

Upaya dan Strategi Pengembangan Perikanan Tuna di Yogyakarta 

1. Pengadaan Kapal dan Peralatan Modern 

Pemerintah dan lembaga terkait bisa memberikan bantuan berupa kapal berkapasitas lebih besar dan alat tangkap modern, seperti longline dan fish finder, untuk meningkatkan efisiensi tangkapan. 

2. Peningkatan Fasilitas Pelabuhan 

Pengembangan fasilitas cold storage di pelabuhan seperti Sadeng dan Baron sangat diperlukan agar nelayan bisa menyimpan hasil tangkapan lebih lama dan menjualnya dengan harga optimal. 

3. Pelatihan dan Sertifikasi 

Nelayan perlu mendapatkan pelatihan terkait teknik penangkapan tuna secara berkelanjutan serta sertifikasi produk untuk memenuhi standar pasar ekspor. 

4. Penguatan Koperasi Nelayan dan Akses Pasar 

Penguatan koperasi nelayan dapat membantu memotong jalur tengkulak dan meningkatkan posisi tawar nelayan. Selain itu, dukungan pemerintah dalam membuka akses pasar ekspor juga penting agar komoditas tuna Yogyakarta bisa bersaing di pasar global. 

Kesimpulan 

Perairan selatan Yogyakarta memiliki potensi besar dalam perikanan tuna, yang bisa menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat pesisir. Namun, tantangan seperti keterbatasan infrastruktur, kapal, dan akses pasar perlu segera diatasi.

Dengan penguatan fasilitas pelabuhan, dukungan teknologi, dan pemberdayaan nelayan, sektor perikanan tuna di Yogyakarta dapat berkembang pesat dan menjadi komoditas unggulan, baik di pasar domestik maupun internasional.