
Presiden Prabowo Subianto menunjukkan komitmen kuatnya untuk memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dengan menargetkan kurs menjadi Rp 5.000 per dolar.
Untuk mencapai tujuan ambisius ini, pemerintah akan mendorong hilirisasi enam komoditas utama yang dianggap memiliki potensi besar dalam meningkatkan nilai ekspor nasional.
Kelapa dan cengkeh adalah dua dari enam komoditas strategis yang akan menjadi fokus dalam program hilirisasi pemerintah. Selain kedua komoditas tersebut, sawit, lada, kakao, dan kopi juga termasuk dalam daftar komoditas yang diutamakan.
Melalui upaya hilirisasi ini, pemerintah berencana menciptakan produk bernilai tambah yang bisa memberikan dampak signifikan pada sektor pertanian dan ekonomi Indonesia.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman, sebagaimana dikutip dari Investor Daily, mengungkapkan bahwa potensi ekspor dari enam komoditas ini mencapai Rp 600 triliun.
“Dengan hilirisasi, nilai tambah yang bisa dihasilkan diharapkan minimal 20 kali lipat, sehingga total ekspor produk hilirisasi bisa mencapai Rp 12.000 triliun,” ujar Amran.
Lebih lanjut, Amran menjelaskan bahwa devisa ekspor yang dihasilkan dari produk-produk hilirisasi ini diharapkan dapat memperkuat rupiah hingga mencapai nilai tukar Rp 5.000 per dolar AS. “Ini mimpi besar kita 5 hingga 10 tahun ke depan,” tambahnya.
Sejalan dengan visi Presiden Prabowo, upaya hilirisasi ini menunjukkan ambisi pemerintah dalam mewujudkan kemandirian ekonomi serta memperkuat posisi Indonesia di pasar global.
Program ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional, sekaligus membawa Indonesia lebih dekat pada tujuan jangka panjang penguatan nilai tukar dan stabilitas ekonomi.