
Yogyakarta, 22 Oktober 2024 – Universitas Gadjah Mada (UGM) menjadi tuan rumah Seminar Nasional Pembangunan Pertanian Pedesaan dan Maritim yang diselenggarakan di Hotel UC UGM. Seminar ini mengangkat tema besar “Jalan Menuju Indonesia Berdaulat di Bidang Pangan” dengan menghadirkan pembicara utama Prof. Mangku Purnomo, S.P., M.Si., Ph.D., seorang pakar pertanian terkemuka. Acara ini dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari akademisi, praktisi, hingga mahasiswa yang tertarik pada isu-isu strategis di bidang pertanian dan maritim.
Dalam paparannya, Prof. Mangku Purnomo menyampaikan pentingnya perubahan struktural dalam sektor pertanian Indonesia sejak era kemerdekaan hingga saat ini. Beliau menyoroti bagaimana transformasi sektor ini dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan nasional, dinamika global, serta program-program pemerintah. “Sektor pertanian Indonesia telah mengalami perubahan signifikan sejak tahun 1970-an, yang pada masa itu menjadi salah satu penggerak utama perekonomian nasional melalui kontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB),” ungkap Prof. Mangku.
Beliau melanjutkan bahwa pada era revolusi hijau, teknologi pertanian seperti traktor dan sistem irigasi memegang peranan penting dalam meningkatkan hasil produksi. Namun, seiring berjalannya waktu, peran pertanian dalam ekonomi nasional mulai menurun akibat industrialisasi di sektor-sektor lain seperti alas kaki dan pakaian. “Pada era 2000-an, sektor pertanian Indonesia semakin tertekan oleh berbagai tantangan, mulai dari harga komoditas yang fluktuatif, ketergantungan pada impor, hingga inovasi yang stagnan,” tambahnya.
Salah satu isu utama yang dibahas adalah tantangan yang dihadapi oleh lembaga-lembaga pertanian nasional, seperti Kementerian Pertanian, PT Pupuk Indonesia, dan BULOG. Menurut Prof. Mangku, ketidakefektifan dalam koordinasi antar lembaga ini menyebabkan inefisiensi di seluruh rantai pasokan pangan. “Kebijakan subsidi pupuk yang tidak tepat sasaran dan ketergantungan petani pada bantuan pemerintah membuat sektor pangan sulit berkembang,” jelasnya.
Sebagai solusi untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, Prof. Mangku memaparkan konsep “Strategi Tiga Kaki” yang bertujuan untuk menciptakan keseimbangan dalam pengelolaan pangan nasional melalui sinergi antara pertanian tradisional, korporasi, dan negara.
- Pertanian Tradisional diarahkan untuk mendukung kebijakan bio-organik dengan fokus pada wisata wellness, sehingga peran pertanian tradisional tetap berkontribusi dalam keberlanjutan lingkungan dan budaya lokal.
- Pertanian Korporasi akan berperan dalam produksi massal dengan dukungan teknologi dan inovasi, bertujuan memenuhi kebutuhan pangan di pasar modern, baik domestik maupun global.
- Peran Negara ditujukan untuk memastikan stabilitas harga dan cadangan pangan nasional dengan penguatan lembaga-lembaga seperti BULOG dan regulasi yang lebih ketat.
Prof. Mangku menegaskan, “Melalui Strategi Tiga Kaki ini, kita bisa memposisikan Indonesia sebagai salah satu pemain utama di pasar pangan global. Sinergi yang kuat antara pertanian tradisional, korporasi, dan peran negara adalah kunci untuk mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan.”
Seminar ini memberikan wawasan mendalam tentang pentingnya perubahan kebijakan dalam menghadapi tantangan global dan membangun kemandirian pangan nasional. Dengan kebijakan yang terstruktur dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia diharapkan dapat mewujudkan visi berdaulat di bidang pangan di masa depan.
Penutup
Acara seminar ini menjadi platform penting bagi para pemangku kebijakan, akademisi, dan masyarakat luas untuk memahami arah pembangunan pertanian Indonesia. Harapan besar ditujukan pada penerapan strategi-strategi baru yang mampu memperkuat ketahanan pangan nasional serta menjadikan Indonesia sebagai global food player yang disegani.