Pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kini telah berjalan di berbagai daerah dengan target menjangkau seluruh anak sekolah di Indonesia. Dapur masak MBG dikelola secara mandiri oleh masing-masing daerah, dengan menu yang disesuaikan berdasarkan potensi alam dan kebiasaan lokal. Program ini bertujuan meningkatkan kecukupan gizi anak-anak sebagai bagian dari upaya menciptakan generasi sehat dan produktif.

Menu Berbasis Potensi Lokal

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menjelaskan bahwa program MBG memberikan kebebasan kepada daerah untuk menentukan menu yang sesuai dengan sumber daya lokal mereka. Sebagai contoh, serangga seperti belalang atau ulat sagu yang lazim dikonsumsi di beberapa daerah bisa menjadi bagian dari menu MBG, asalkan memenuhi kebutuhan protein yang dibutuhkan anak-anak.

“Mungkin saja ada satu daerah suka makan serangga, belalang, atau ulat sagu. Itu bisa jadi bagian protein,” ujar Dadan dalam acara Rapimnas PIRA Gerindra di Jakarta.

Meski begitu, BGN menekankan bahwa program ini tidak memiliki standar menu nasional. Fokus utamanya adalah memastikan komposisi gizi yang seimbang, seperti protein, karbohidrat, dan lemak, dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang melimpah.

Ragam Pangan Sesuai Kebiasaan Lokal

Program MBG juga mengakomodasi kebiasaan pangan lokal, termasuk sumber karbohidrat yang berbeda di tiap daerah. Misalnya, masyarakat Halmahera Barat yang terbiasa mengonsumsi singkong dan pisang rebus dapat tetap menggunakan bahan-bahan tersebut sebagai pengganti nasi.

“Kalau orang terbiasa makan jagung, karbohidratnya bisa jagung, meskipun nasi mungkin diberikan juga. Namun, di daerah yang terbiasa dengan singkong atau pisang rebus, itu yang digunakan,” kata Dadan.

Penerapan ini menunjukkan fleksibilitas program dalam menghormati keragaman budaya dan kebiasaan makan di Indonesia, sekaligus memaksimalkan potensi pangan daerah.

Target Ambisius untuk Gizi Anak Indonesia

Presiden Prabowo Subianto telah menetapkan target ambisius untuk program MBG, dengan rencana menjangkau 15 juta anak pada September 2025. Tahapan pelaksanaannya dimulai dengan 3 juta anak pada Januari-April 2025, meningkat menjadi 6 juta anak hingga Agustus, dan mencapai seluruh anak Indonesia di akhir tahun.

Program ini diharapkan tidak hanya memperbaiki asupan gizi anak-anak, tetapi juga memberdayakan masyarakat lokal melalui pemanfaatan potensi pangan daerah. Dengan pendekatan berbasis lokal ini, MBG menjadi langkah konkret dalam mendukung ketahanan pangan nasional dan menciptakan generasi penerus yang lebih sehat, cerdas, dan produktif.