PTPN Group menegaskan komitmennya dalam memperkuat industri kelapa sawit sebagai bagian dari upaya mewujudkan Visi Indonesia Emas 2045. Industri kelapa sawit memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional, dengan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan lapangan kerja, serta ekspor ke pasar global.

Optimalisasi Produktivitas dan Hilirisasi Industri Sawit

Dalam Seminar Nasional “Peran Strategis Kelapa Sawit Menuju Indonesia Emas 2045” di The Sultan Hotel & Residence, Jakarta, yang diselenggarakan oleh Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), PT Riset Perkebunan Nusantara (PT RPN), dan Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI), berbagai strategi dibahas guna mengoptimalkan peran industri sawit nasional.

Direktur Pemasaran Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), Dwi Sutoro, menegaskan bahwa sektor kelapa sawit memiliki potensi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, ia juga menyoroti tantangan utama, seperti keberlanjutan lingkungan dan efisiensi tata kelola industri.

“PTPN terus berupaya memperkuat industri sawit nasional melalui optimalisasi produktivitas, pengembangan hilirisasi, serta peningkatan daya saing di pasar global. Semua langkah ini harus dilakukan dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan dan sosial,” ujar Dwi Sutoro.

Sejalan dengan Permenko Nomor 21 Tahun 2022 dan Perpres Nomor 40 Tahun 2023, PTPN terus melakukan transformasi di berbagai lini perusahaan. Salah satu langkah strategisnya adalah mempercepat hilirisasi sektor pangan, dengan menargetkan peningkatan produksi minyak goreng dari 0,3 juta ton menjadi 1,1 juta ton per tahun.

Selain itu, Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) telah berhasil meremajakan 78 ribu hektare lahan sawit, memastikan keberlanjutan produksi sawit nasional. PTPN juga aktif dalam pengembangan energi terbarukan, seperti biogas, Bio-CNG, biodiesel, dan bioetanol, sebagai bagian dari inisiatif keberlanjutan industri sawit.

Sawit sebagai Minyak Nabati Utama Dunia

Dwi Sutoro menegaskan bahwa kelapa sawit merupakan minyak nabati utama dunia yang harus terus dikembangkan. Untuk itu, ia mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk menyusun roadmap pengelolaan sawit nasional guna meningkatkan kontribusinya di tingkat global.

Dewan Pembina PASPI, Prof. Bungaran Saragih, menambahkan bahwa hilirisasi industri sawit menjadi salah satu strategi utama dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen.

“Dengan hilirisasi pertanian yang dipimpin oleh industri sawit, target pertumbuhan ekonomi 8 persen bukan sekadar impian. Sawit harus menjadi pelopor hilirisasi di sektor pertanian,” ungkap Bungaran Saragih.

Tantangan dan Strategi Masa Depan

Direktur PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN), Iman Yani Harahap, menyoroti tantangan utama yang harus dihadapi ke depan, yaitu bagaimana Indonesia dapat memenuhi permintaan dalam negeri sekaligus mempertahankan devisa dari ekspor.

“Kita harus bisa menyeimbangkan keduanya. Oleh karena itu, peningkatan produktivitas sawit menjadi kunci utama,” kata Iman Yani Harahap.

Senada dengan itu, Perwakilan Direktorat Pangan dan Pertanian Kementerian PPN/Bappenas, Puspita Suryaningtyas, menjelaskan bahwa industri sawit akan terus didorong melalui empat aspek utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045:

  1. Penguatan ekosistem industrialisasi untuk meningkatkan efisiensi sektor sawit.
  2. Peningkatan kapasitas produksi guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.
  3. Penguatan daya saing industri agar mampu berekspansi di pasar global.
  4. Peningkatan target ekspor guna mempertahankan posisi Indonesia sebagai pemain utama industri sawit dunia.

Dengan strategi ini, industri sawit diharapkan dapat semakin berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, sekaligus memperkuat posisinya di pasar global dengan pendekatan yang lebih berkelanjutan dan inovatif.