
Di tengah tren gaya hidup sehat yang kian berkembang, stroberi menjadi salah satu buah tropis yang digemari masyarakat. Rasanya yang manis dan sedikit asam, kandungan vitamin yang tinggi, serta tampilannya yang menarik membuat stroberi tak hanya laris di pasar lokal, tetapi juga berpotensi besar di pasar global. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam dan iklim yang mendukung pengembangan berbagai komoditas hortikultura, termasuk stroberi. Sayangnya, potensi besar ini belum tergarap secara maksimal. Produksi stroberi Indonesia memang menunjukkan tren positif dari tahun ke tahun, tetapi kontribusinya terhadap pasar ekspor global masih terbilang kecil. Dengan strategi pengembangan yang tepat, peningkatan teknologi budidaya, serta dukungan ekosistem yang terintegrasi, stroberi Indonesia sangat mungkin menembus pasar internasional dan menjadi komoditas ekspor hortikultura unggulan.
Produksi Stroberi di Indonesia dan Wilayah Sentra Utama
Stroberi di Indonesia umumnya tumbuh subur di daerah dataran tinggi yang berhawa sejuk. Sentra produksi utama tersebar di beberapa wilayah, seperti Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Cianjur, dan Sukabumi di Jawa Barat, serta Kota Batu dan Kabupaten Malang di Jawa Timur. Selain itu, sejumlah wilayah di Sumatera Barat dan Sumatera Utara juga mulai mengembangkan budidaya stroberi secara intensif.
Data dari Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian mencatat bahwa produksi stroberi nasional terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2023, produksi stroberi mencapai lebih dari 11.000 ton, naik dibanding tahun sebelumnya. Kendati demikian, angka ini masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan negara-negara produsen stroberi utama dunia seperti Amerika Serikat, Meksiko, dan Spanyol.
Petani stroberi di Indonesia umumnya masih mengandalkan metode budidaya konvensional. Tantangan seperti serangan hama, penyakit tanaman, fluktuasi cuaca, serta keterbatasan akses terhadap benih unggul dan pupuk modern masih menjadi kendala dalam peningkatan produktivitas dan kualitas buah stroberi.
Potensi Pasar Stroberi di Dalam dan Luar Negeri
Di pasar domestik, stroberi memiliki permintaan yang stabil, bahkan cenderung meningkat setiap tahun. Buah ini banyak diburu konsumen untuk keperluan konsumsi langsung, olahan makanan dan minuman, hingga produk kecantikan dan kesehatan. Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan menjadi pusat distribusi utama stroberi dari sentra produksi.
Sementara itu, di pasar internasional, permintaan akan stroberi sangat besar, terutama dari negara-negara dengan iklim subtropis dan tropis yang tidak memiliki produksi lokal cukup besar. Negara-negara di Timur Tengah, Asia Timur (seperti Jepang dan Korea Selatan), serta Singapura dan Malaysia menjadi pasar potensial ekspor stroberi dari Indonesia.
Namun, untuk bisa bersaing di pasar ekspor, stroberi Indonesia harus memenuhi sejumlah persyaratan, mulai dari standar kualitas, penanganan pascapanen yang baik, hingga sistem logistik dan pengemasan yang menjamin kesegaran buah hingga ke tangan konsumen luar negeri.
Strategi Pengembangan Stroberi Sebagai Komoditas Ekspor
Agar stroberi Indonesia bisa menjadi komoditas ekspor andalan, diperlukan strategi menyeluruh yang melibatkan banyak pihak. Pertama, pemerintah perlu memberikan dukungan nyata dalam bentuk penyediaan bibit unggul, pelatihan budidaya modern, dan penyuluhan teknik pertanian berkelanjutan. Penggunaan sistem pertanian organik dan teknologi hidroponik juga mulai digencarkan untuk meningkatkan hasil dan mutu stroberi.
Kedua, penguatan kelembagaan petani menjadi kunci agar produksi dapat terintegrasi dalam skala industri. Petani perlu dihimpun dalam koperasi atau kelompok tani agar lebih mudah dalam mengakses modal, teknologi, dan pasar.
Ketiga, aspek pascapanen harus dibenahi, terutama dari sisi pengemasan dan sistem pendingin agar stroberi tetap segar saat dikirim ke pasar ekspor. Di sinilah peran swasta dan lembaga logistik diperlukan untuk menciptakan rantai pasok yang efisien dan kompetitif.
Keempat, pemerintah juga dapat menjembatani kemitraan antara petani dan eksportir melalui program seperti business matching atau UMKM Go Global, seperti yang sudah dilakukan di sektor hortikultura lainnya.
Dukungan Ekspor dan Peran Pemerintah
Beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia mulai menaruh perhatian lebih pada ekspor produk hortikultura, termasuk stroberi. Melalui program Gratieks (Gerakan Tiga Kali Ekspor) yang dicanangkan Kementerian Pertanian, berbagai pelatihan dan pendampingan diberikan kepada pelaku usaha pertanian agar bisa menembus pasar luar negeri.
Kementerian Perdagangan juga rutin membuka peluang ekspor melalui diplomasi dagang dan misi dagang ke sejumlah negara. Selain itu, keberadaan atase pertanian dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) di luar negeri dapat dimanfaatkan untuk memasarkan stroberi Indonesia secara lebih luas.
Beberapa eksportir swasta telah mulai mencoba mengirim stroberi segar ke Singapura dan Hong Kong meskipun dalam jumlah terbatas. Keberhasilan kecil ini menjadi sinyal bahwa jika difokuskan, stroberi dapat menjadi bagian dari cerita sukses ekspor produk pertanian Indonesia.
Masa Depan Stroberi Indonesia: Dari Lokal ke Global
Potensi besar stroberi Indonesia tidak hanya terletak pada luasnya lahan dan iklim yang mendukung, tetapi juga pada tingginya permintaan pasar domestik dan global. Jika produksi bisa ditingkatkan secara kuantitas dan kualitas, serta didukung oleh ekosistem ekspor yang kuat, stroberi dapat menjadi salah satu ikon produk hortikultura Indonesia di pasar dunia.
Langkah-langkah strategis seperti penguatan kelembagaan petani, penerapan teknologi pertanian modern, penguatan logistik dan sistem pascapanen, serta dukungan promosi dan diplomasi dagang perlu terus ditingkatkan.
Dengan sinergi antara pemerintah, petani, pelaku usaha, dan masyarakat, stroberi Indonesia akan mampu bertransformasi dari komoditas lokal menjadi primadona ekspor baru, sekaligus menjadi simbol keberhasilan pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan berdaya saing global.