
Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama Konsorsium Biologi Indonesia (KOBI) menegaskan penolakan terhadap praktik deforestasi yang terjadi akibat perluasan perkebunan kelapa sawit. Langkah ini dilakukan sebagai upaya menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah kerusakan ekosistem hutan di Indonesia.
Menjaga Keanekaragaman Hayati
Dalam pernyataannya, UGM dan KOBI menyoroti dampak negatif deforestasi terhadap keanekaragaman hayati. Konversi hutan menjadi perkebunan sawit telah menyebabkan hilangnya habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna. Hal ini berisiko mempercepat kepunahan satwa liar, termasuk spesies endemik Indonesia seperti orangutan, harimau Sumatra, dan badak Jawa.
Dampak Sosial dan Ekonomi
Selain merusak ekosistem, deforestasi akibat ekspansi perkebunan sawit juga menimbulkan dampak sosial dan ekonomi. Banyak masyarakat adat dan petani lokal kehilangan akses terhadap lahan yang sebelumnya menjadi sumber kehidupan mereka. Konflik lahan pun kerap terjadi akibat alih fungsi hutan tanpa konsultasi dengan masyarakat setempat.
Mendorong Perkebunan Sawit Berkelanjutan
UGM dan KOBI menekankan pentingnya menerapkan prinsip keberlanjutan dalam industri kelapa sawit. Mereka mengusulkan solusi seperti:
- Meningkatkan produktivitas lahan sawit yang sudah ada daripada membuka lahan baru.
- Memperketat regulasi terkait izin perkebunan untuk menghindari pembukaan hutan secara ilegal.
- Mengembangkan inovasi pertanian yang lebih ramah lingkungan guna mengurangi dampak negatif terhadap ekosistem.
Kolaborasi dengan Pemerintah dan Industri
Dalam upaya melindungi hutan dari ekspansi perkebunan sawit, UGM dan KOBI juga mendorong pemerintah serta pelaku industri untuk berkolaborasi. Regulasi ketat dan penerapan sertifikasi berkelanjutan seperti Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) harus diperkuat agar praktik perkebunan sawit lebih bertanggung jawab.
Kesimpulan
Penolakan UGM dan KOBI terhadap deforestasi akibat ekspansi perkebunan sawit menjadi langkah penting dalam menjaga keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Dengan pendekatan yang lebih berkelanjutan, industri kelapa sawit diharapkan tetap berkembang tanpa harus mengorbankan hutan yang menjadi warisan ekologi bagi generasi mendatang.